Rahasia di Balik Gambar
“Rahasia di Balik Gambar,” aku mulai membaca bagian
awal promosi sebuah kegiatan yang akan diadakan oleh Kakak-Kakak Jaladwara (
Kak Inu, Kak Mel, dan Kak Rinta ). Usai membacanya aku sangat bersemangat
mengikuti kegiatan tersebut. “Kayaknya seru,” begitulah tanggapanku mula-mula.
Beberapa
hari kemudian, tibalah saat nya kegiatan itu diadakan. Kami berkumpul via Jitsi
Meet. Ketika kegiatan dimulai aku berjumpa dengan beberapa teman baru seusiaku,
aku juga bertemu lagi dengan teman dari Ekspedisi Lereng Merapi yang lalu.
Bahkan, ada juga lo teman lamaku yang aku jumpai kembali di pertemuan Rahasia di Balik Gambar.
Setelah
diberi waktu untuk saling berkenalan, kami langsung aja terjun ke aktivitas
mengamati gambar, memilih satu objek, menggambarnya, dan menyebutkan tekstur
serta alasan kita memilihnya. Baru saja keseruan kami bermula, mendadak aku
keluar dari Jitsi Meet. Alasan kenapa
aku bisa keluar aku sendiri juga enggak tahu. Aku berulang kali mencoba masuk,
tapi baru sebentar sudah keluar lagi tanpa alasan yang pasti. Aduhh,
bener-bener deh bikin putus asa dan panik. Pada akhirnya aku memakai hp Mamaku.
Selang beberapa saat kemudian, aku dengar Mama ku berkata dengan nada gemas, “ Haduh Sherel, ternyata kuotamu habiss!” Cape deh….
Akhirnya
aku bisa mengikuti kegiatan itu dengan lancar. Ternyata acara ini sangat asyik
dan memberiku pengalaman serta wawasan baru. Aku dan teman-teman lainnya diajak
untuk mengamati lukisan dan beradu opini, untuk mengungkapkan kisah
sesungguhnya dibalik lukisan yang ada. Masing-masing dari kami
punya pendapat yang beragam akan sebuah gambar dan melihat dari sudut yang
berbeda-beda. Contohnya saat mengamati lukisan banjir, kami memastikan kedalaman air dari sisi yang beragam. Ada yang melihat dari bagian pohon yang terendam oleh air, dari sisi atap
yang hampir terbenam, juga dari gambar gardu listrik yang hanya nampak puncaknya saja.
Lukisan tentang banjir
Tak hanya
sebatas itu, kami juga punya opini yang berbeda-beda tentang peristiwa yang
terjadi di suatu gambar. Seperti waktu kami disuguhi lukisan
tentang perayaan festival. Sebagian dari kami ada yang berpendapat bahwa itu
adalah suatu perayaan karena orangnya memegang tongkat. Ada juga yang punya opini
kalau di lukisan itu orang-orang yang sedang menyanyikan mars, sedang demonstrasi
( karena memang sih orang-orang nya seperti sedang berteriak-teriak ), sedang
nonton pertandingan ( karena kelihatan bersorak dan tatapan matanya tertuju
kearah yang sama ), sedang ada kekacauan di dalam suatu perayaan, atau sedang menarikan tarian
Suku Maori, dan lain-lain.
Lukisan Tarian Hakka
Biasanya Kakak-Kakak
Jaladwara baru mengungkapkan fakta lukisan tersebut di akhir, dan untuk
keterangan lebih lanjut kami boleh mencari di internet. Dan setelah aku
berselancar di internet, akhirnya aku menemukan fakta yang memperlengkap
penjelasan Kakak-Kakak Jaladwara.
Lukisan banjir bercerita tentang banjir bandang di daerah Srinagar, India Utara pada 2014 yang lalu. Sementara
lukisan perayaan berkisah tentang orang-orang yang sedang menari Tarian
Hakka. Hakka adalah tarian yang memiliki simbol kebanggaan, kekuatan,
dan kesatuan Suku Maori. Suku yang mendiami kawasan New Zealand itu memang menarikannya sambil menjulurkan lidah, menghentak, membuat tepukan tubuh berirama, dan menyanyi dengan lantang. Wow!
Menurutku aktivitas menguak Rahasia di Balik Gambar itu seru banget buatku. Aku terdorong untuk teliti dalam mengamati lukisan. Karena kalau aku tidak teliti maka akan sangat sedikit keterangan yang aku dapat dari setiap lukisan. Dan yang membuat makin penasaran adalah, Kakak-Kakak Jaladwara enggak akan spoiler lukisan-lukisan itu sampai kami semua selesai mengatakan pendapat kami. Walaupun pendapat kami melenceng jauh banget dari fakta lukisan yang sebenarnya. Sejak awal mereka menegaskan bahwa tidak ada pendapat yang salah. Harus kuakui lukisan-lukisan itu sangat baru bagiku dan teman-teman lainnya, aku belum pernah mengenalnya. Bahkan aku tidak pernah mendengar soal Tarian Hakka dan juga banjir besar di Srinagar. Aku mendapat pengetahuan baru dari kegiatan ini.
Selain itu seiring berjalannya waktu, aku semakin terbiasa mengemukakan opini dan sudah enggak grogi-grogi seperti di awal. Ssst! Ngomong-ngomong aku belajar juga untuk bersabar menunggu giliranku untuk mengatakan opiniku. Terus terang, aku termasuk orang yang enggak sabaran, apalagi kalo sudah antusias begini, hehehe...Tetapi sebenarnya dengan mendengarkan teman lain bicara, kegiatan ini jadi terasa semakin ramai dan mengasyikan.
Satu, dua, tiga. Senyummm......
Sumber gambar:
fotografer: Dar Yasin
fotografer: Matthew Abbott
Tari Hakka