Hari Ke-5 Di Dusun Sumber

Tak terasa kami sudah lima hari berada di Dusun Sumber. Sudah mengalami banyak suka duka bersama teman-teman.

MENCARI NARASUMBER DAN MERIAS MIND MAP

Hari itu, adalah hari terakhir kami membuat mind map dan mencari bahan presentasi. Jadi kami harus memanfaatkan waktu yang masih ada dengan sebaik-baiknya. Dan saat-saat ini sangatlah membuat jantung berdegup-degup, antara perasaan antusias dan khawatir.

Kami mengisi waktu kami dengan pergi ke rumah Pak RW, yang belum sempat kami wawancarai kemarin. Kata adikku dan Alesha, Pak RW sangat baik dan ramah. Pengetahuannya juga luas. Jadi tunggu apa lagi, langsung kami meluncuuur.

Setelah beberapa kali wawancara, kami kembali ke Sanggar Bangun Budaya. Kami mulai menggarap mind map kami, menambahkan informasi-informasi baru, dan menghapus data-data yang sepertinya kurang meyakinkan. Lalu, kami berusaha menyulap mind map kami yang baru draft menjadi sebagus karya seni. Wah, wah, wah, sepertinya aku terlalu berlebihan. Tetapi terus terang, mind map kami sudah jauh terlihat lebih manis dibanding mind map awal kami. Aku senang, karena sekarang Bagas dan Fira sudah mau saling bekerja sama. Dan ternyata hasil mind map kami  lebih bagus dari perkiraanku semula.

Di siang hari kami berlatih presentasi. Kami membagi tugas terkait tema presentasi. Setiap anak membahas sisi yang berbeda-beda dari topik air. Aku baru dapat menghembuskan nafas lega sekarang. Kami merasa sudah cukup siap untuk nanti malam.

INDAHNYA KESENIAN JAWA

Setelah presentasi mind map beres, kami dikejutkan oleh ajakkan Pak Tur untuk belajar menari dan memainkan gamelan bersama-sama. Ini sama sekali tidak tertulis dalam agenda kami, jadi bagi kami ini merupakan sebuah kejutan yang menggembirakan. Kami diberi kebebasan untuk memilih sendiri mana yang paling kami sukai, belajar menari atau main gamelan. Aku memutuskan untuk bermain gamelan bersama teman-teman cowok. Sementara anak perempuan lainnya menari.

Pada mulanya Pak Tur membiarkan penari dan pemain gamelan berlatih sendiri-sendiri. Setelah kami mulai lancar, pemain gamelan mengiringi para penari. Tari-tarian dan alunan musik gamelan Jawa, bersatu padu di  sore hari yang tenang. Aku senang melihat indahnya kesenian jawa. Aku sangat menikmati bermain gamelan. Aku jadi semakin yakin akan mengikuti ekstrakulikuler gamelan saat memasuki SMP.

Wildan dan Rakka sedang berlatih gamelan

TIME TO PERFORM!

Akhirnya tibalah saatnya bagi kami untuk tampil. Sebelum pukul tujuh malam, kami sudah berdatangan ke sanggar. Kami kembali berlatih presentasi, semakin merasa siap. Namun, hingga pukul tujuh lebih, belum banyak orang berdatangan. Yang sudah kelihatan hanya  Pak RT dan Pak RW, serta dua orang bapak. Untungnya setelah setengah delapan, mulai terlihat dari kejauhan ibu-ibu dan bapak-bapak asuh yang tengah berjalan beramai-ramai menuju sanggar.

Para orang tua asuh yang menyaksikan pementasan

Acara mulai setengah jam lebih molor. Tidak apa yang penting banyak yang hadir, pikirku santai. Acara dibuka oleh pementasan kesenian "Krincing Manis" kecil-kecilan kami. Memang, pelajaran tarian dan gamelan yang kami dapatkan tadi itu untuk dipertunjukkan pada orang tua asuh serta para narasumber. Aku sempat grogi, bolak-balik salah pukul nada. Maklum, aku masih belajar. Tapi pada pertengahan lagu aku mulai merasa terbiasa dengan suasana. Semoga orang-orang yang hadir bisa menikmati kesenian "Krincing Manis."

Kesenian "Krincing Manis"

Kesenian "Krincing Manis"

Waktu terasa sangat cepat, tiba-tiba aku sudah mendengar nama kelompokku dipanggil untuk maju presentasi. Haduh, kenapa aku dulu sih. Tapi lumayan lah untuk membuang rasa gugup, semakin cepat maju semakin baik! Fira pun memulai presentasi kami, dengan suaranya yang keras. Disusul olehku Bagas dan Syams.
Baiklah, di dalam tulisanku, aku juga ingin pembaca mengetahui tentang air di Dusun Sumber:

Dusun Sumber mempunyai tujuh mata air, yaitu Jagangsari, Nggeblog, Diwak, Lanang, Wedok, Mbelik, dan Lempong. Mata air tersebut memiliki pengurus yang bekerja secara sukarela tanpa digaji. Warga Dusun Sumber sangat bergantung pada ketujuh mata air tersebut. Mereka menggunakan airnya untuk minum, mandi, mencuci, memasak, ternak, dan irigasi persawahan. Pada jaman dahulu orang banyak mengambil air langsung dari sumbernya menggunakan ember atau lodong. Kini, di Dusun Sumber sudah tersedia fasilitas pipa saluran air bagi seluruh warga di Dusun Sumber.

Sayangnya, tidak semuanya dapat berjalan dengan mulus, sesekali warga Dusun Sumber mengalami masalah air. Warga pernah mengalami masalah air yang disebabkan oleh erupsi Gunung Merapi. Akibatnya tanaman di sawah layu dan ada sungai yang tercemar. Selain erupsi, penambangan pasir juga menjadi masalah serius di sana. Karena, penambangan pasir telah menyebabkan keruhnya sungai Senowo. Bahkan sampai memperkecil mata air. Adapun masalah air lainnya ialah pecahnya pipa saluran air dan kemarau panjang, serta sulitnya mengambil air dari mata air yang letaknya di bawah dusun.

Ternyata meskipun warga mengalami berbagai masalah air, warga Dusun Sumber tidak tinggal diam. Mereka mau berjuang mengatasi masalah mereka. Pada saat ada sumber mata air yang kering, para pengurus sumber mata air akan bergerak mencari mata air baru. Warga juga melakukan perbaikan pipa pralon menggunakan uang hasil iuran warga per bulan. Untuk mengatasi masalah kotornya sungai, warga mengadakan kerja bakti membersihkan sungai. Mereka pun bersama-sama menyuarakan ketidak nyamanan mereka atas diadakannya penambangan pasir. Akibat demo tersebut, kini para pekerja penambang pasir sudah tidak lagi menggunakan alat berat.

Demikianlah kisah air di Dusun Sumber! Mau tahu lebih lanjut? Silakan mengunjungi Dusun Sumber!

Presentasi kelompok Watu Gedhe

Setelah kami selesai berpresentasi majulah kelompok-kelompok lain, dengan perasaan lega kami duduk mendengarkan. Presentasi kelompokku memang paling sederhana. Kami hanya membuat mind map tanpa gambar dan hanya membuatnya dalam satu lembar kertas. Tapi sudahlah, yang penting kami berhasil meyelesaikannya dengan baik. Dan bisa dibilang presentasi kami sukses, meskipun kami lupa meyebutkan kesimpulan. Aku tidak pernah berpikir bahwa kami dapat melakukannya, pada hari-hari pertamaku di Dusun Sumber. Kukira kami akan gagal. Tapi ternyata hasilnya tidak seburuk yang kubayangkan. Bahkan aku ingin melakukannya lagi kelak.

Bersambung













   




Popular Posts